Orang ngumpul itu biasanya yang dilakukan pertama kali adalah menyapa. Guyub itu diartikan menyatu, Jika yang menyatu tanaman, mungkin saja mereka tak saling bicara. Tapi kalo yang ngumpul manusia aneh banget kalo ngumpul tapi ga ada bicara2nya. pasti ada sesuatu hal. entah itu lagi sariawan, lagi sakit, atau yang paling tak tampak adalah sakit hati.

Saya pernah mengalami itu, tatkala saya bosen mendengarkan pembicaraan orang lain yang melulu membaik-baikkan dirinya. Saya tanggapi dengan iya, diam dan tak merespon. Saya ingin sekali dalam sebuah diam yang saya lakukan ada satu pengertian bahwa yang bersangkutan tak lagi membicarakan hal yang rasa-rasanya sudah sering saya dengar itu.

dan saat ini saya memperoleh respon itu dari orang lain yang saya ajak bicara. Rasa-rasanya hal-hal positiv yang saya lontarkan selalu tak mendapat respon apapun dari bebrpara lawan bicara saya, saya jadi merasa bicara sendiri. Merasa pembicaraan seperti sesuatu yang tak pelu saya lontarkan. Lalu saya berfikir lagi, lantas apa gunanya manusia-manusia berkumpul dan hening tanpa sapaan, cerita.

Saya lalu membandingkan suasana ini dengan suasana di luar sana. Oh iya, saya belum jelaskan ya tadi setting saya dimana, saya berada di kantor yang hening. Di luar sana, dibanyak tempat yang saya sering datangi, orang-orang bertemu dan bercerita tentang dirinya. Memang ada hal positif yang pada akhirnya menjadi sesuatu yang negatif, misalnya sesorang yang berdiskusi dengan banyak ide bagus, pada akhirnya menimbullkan kebingungan  dan membuat persepsi yang tadinya bagus menjadi kkurang bagus. Anggota yang lain yang merasa idenya bagus menjadi tak terpakai. Ini menurut saya masih terdapat komunikasi. Meski pada akhirnya menimbulkan hal negatif.

Namun jika pada suatu tempat sudah tidak ada sharing ide, sharing ide, tak ada wadah udah untuk bercerita, mengungkapkan hal-hal yang terlihat, mungkin saja itu sudah tak dapat dikatakan sehat bagi badan manusia yang memiliki otak, hati, batin dan jiwa.

Ketika saya memulai pembicaraan, harapan saya adalah mencairkan suasana, Sebab saya ingin suasana kerja selalu diliputi oleh udara penuh ide, penuh harapan, penuh keriangan dan semangat. Meski suasana mendung dan angin tak banyak bergerak, setidaknya kitalah yang bergerak. Jangan ikut suasana alam. kita kan manusia yang dicipta untuk memimpin, bukan bertekuk lutut dengan ada yang terjadi. Kita adalah pengendali. Bukan dikendalikan. itu sebabnya saya memulai pembicaraan. jika mungkin saya banyak kisah, sayamungkin akan pilih kisah mana yang kira2 tepat pagi itu. Tapi saya hanya punya cerita yang itu. Dan saya kira tepat untuk menambah semangat kerja. Sebab saya sedang menceritakan kisah sukses seseorang. kisah sukses alumni sekolah sya menjadi menteri. Dan mungkin cerita itu tak tepat pagi ini. Dan banyak lagi yang mungkin harus saya pertimbangkan sebelum memulai sesuatu di sini.

Lalu saya ingat ucapan seorang ustad di TV pagi yang lalu, saya lupa hari apa. Dia mengutip pesan rosul.. Tapi saya ragu, apa ini pesan rasul atau hanya pepatah saja. dia bilang “Sedekah bagi kesombongan adalah kesombongan lagi” Dan saya menerapkannya untuk orang-orang yang saya rasa sudah menyombongi saya, maka saya sombongi lagi. Saya pun sebenarnya ingin begitu. Jika saya sombong, sombongi lagi saya. Agar Berimbang dan menjadi sebuah pelajaran. Bagi saya mungkin, atau menjadi semacam inspirasi baru sebab di dalamnya terdapat diskusi.

Jika hanya diam, mungkin itu lebih baik lagi, entah saya belum mendapatkan ilmu tentang mendiamkan orang sombong. Atau mungkin jika itu memang yang dilakukan, maka saya berharap diam adalah bentuk kesombongan lagi, Sebab saya takut jika kesombongan saya menjadi benar bahwa saya sombong, (kenapa demikian, sebab biasanya kesombongan itu terselip begitu saja dari sebuah niat baik, seperti jamur yang tumbuh di sela kayu yang basah oleh hujan dan kesuburan yang dibawanya) maka saya ingin sekali memperoleh kesombongan baru. Sebab dari sana saya bisa tau bahwa saya tak ada apa-apanya. Atau, jika kemudian respon yang saya dapatkan hanya sebuah bentuk diam, semoga dan saya berharap mungkin diam adalah bentuk kesombongan baru yang tercipta untuk saya. Sehingga saya juga harus diam.

Featured image